Rabu, 11 Juni 2008

Hatiku Sedih dan Jiwaku Semakin Berharap kepada TUHAN


Setelah peristiwa kemarin malam, saya susah tidur karena masih terbayang bagaimana jatuhnya orang yang menabrakku dari belakang. Saya tahu pasti hanya TUHAN YESUSlah yang menyelamatkan nyawanya sehingga ia tidak tergilas oleh pengendara motor lain yang ada di belakangnya. Namun saya masih bertanya, mengapa ini harus saya alami. mengapa ada orang-orang yang suka menabrakku dari belakang. Padahal saya sudah berusaha untuk tidak membuat orang lain celaka, namun masih ada saja orang yang kurang waspada. Mengapa....? TUHAN.... terima kasih karena ENGKAU tidak menyerahkan hamba-Mu ke dalam tragedi yang tidak dapat kutanggung. Sungguh hatiku sedih mengapa banyak sekali orang-orang yang kutemukan di jalan raya yang kemampuannya hanya sekedar berkendara, tetapi kurang memperhitungkan gerakan-gerakannya.
Dua kali sudah Engkau memperingatkan dan menyelamatkan hamba dari kecelakaan. Hatiku sungguh bersyukur yan TUHAN. Terpujilah nama-Mu ya TUHAN-ku dan RAJA-ku YESUS JURUSELAMATKU.

WASPADA ITU TIDAK MUDAH


Berkendara di jalan raya Jakarta dan sekitarnya merupakan satu tantangan tersendiri. Banyak keunikan orang berkendara yang dapat kita temukan di situ. Berkendara di jalanan seperti ini mengharuskan setiap orang yang melintasinya harus extra waspada.

Waspada yang artinya berjaga-jaga dengan melibatkan totalitas kesadaran semua indera kita. Sepanjang perjalanan yang pernah saya lalui di jalan raya , terlalu sering saya melihat kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor ketidak-layakan kendaraan untuk jalan.
2. Faktor kesalahan manusia, termasuk pengendara dan mau pun pejalan kaki.
3. Faktor Struktur jalanan yang rusak parah.

Siapakah yang patut dipersalahkan dalam situasi tersebut? Menurut saya, tidak ada gunanya saling menuding dan mempersalahkan orang lain. Karena di samping ketiga faktor di atas, ada faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya kecelakaan di jalan raya, yaitu kurangnya kewaspadaan pengguna jalan raya.

Pertanyaannya adalah : "Adakah saya sudah sungguh-sungguh waspada?
  1. Apakah saya sudah waspada dengan diri saya sendiri, yang artinya adakah saya menguasai diri saya sehingga tidak menjadi sumber kecelakaan terhadap orng di sekitar saya?
  2. Apakah saya sudah waspada terhadap gerak-gerik pengendara di sekitar saya?
  3. Apakah saya sudah waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi selama berkendara, dan apakah saya dengan penuh kesadaran dapat dengan tenang sehingga dapat memikirkan bagaimana menangkal kecelakaan yang mungkin dapat terjadi sewaktu-waktu?

Selasa, 10 Juni 2008

AKU BERSYUKUR KARENA YESUS JURUSELAMATKU



Setelah peristiwa kemarin malam, saya susah tidur karena masih terbayang bagaimana jatuhnya orang yang menabrakku dari belakang. Saya tahu pasti hanya TUHAN YESUSlah yang menyelamatkan nyawanya sehingga ia tidak tergilas oleh pengendara motor lain yang ada di belakangnya. Namun saya masih bertanya, mengapa ini harus saya alami. mengapa ada orang-orang yang suka menabrakku dari belakang. Padahal saya sudah berusaha untuk tidak membuat orang lain celaka, namun masih ada saja orang yang kurang waspada. Mengapa....? TUHAN.... terima kasih karena ENGKAU tidak menyerahkan hamba-Mu ke dalam tragedi yang tidak dapat kutanggung. Sungguh hatiku sedih mengapa banyak sekali orang-orang yang kutemukan di jalan raya yang kemampuannya hanya sekedar berkendara, tetapi kurang memperhitungkan gerakan-gerakannya. Dua kali sudah Engkau memperingatkan dan menyelamatkan hamba dari kecelakaan. Hatiku sungguh bersyukur yan TUHAN. Terpujilah nama-Mu ya TUHAN-ku dan RAJA-ku YESUS JURUSELAMATKU.

Senin, 09 Juni 2008

Cerita Perjalanan Hari Ini


Hari ini tanggal 9 Juni 2008, jam 15.30 WIB saya berangkat ke Depok untuk menjumpai Bapak Mulyanto dan mengambil foto-foto Wisuda STTE 29 Mei 2008. Perjalanan ke Depok tidak ada masalah. Sepanjang jalan sangat menyenangkan. Pada jam 16.30 WIB saya tiba di Depok Mall. Karena jam untuk bertemu masih sekitar dua setengah jam lagi, waktu yang masih sisa saya gunakan untuk istirahat di atas motor alias tidur.




Sekitar jam 18.00 saya pun terbangun, dan kemudian saya masuk ke dalam mall untuk repress. Tidak berapa lama saya ada di dalam Mall dan sebuah jaket menarik perhatian saya dan kemudian saya beli. Setelah itu, saya kembali ke motor dan membaca buku "Rahasia pernikahan Kristen." Puji TUHAN, akhirnya pak Mulyanto dan keluarga datang juga. Kemudian beliau memberikan foto-foto tersebut, dan kemudian kami berpisah.

Saya pun melanjutkan perjalanan saya ke Jakarta. Perjalanan kali ini pun terasa masih menyenangkan. Namun ketika saya tiba di Salemba, tepatnya di perapatan lampu merah Salemba dan Raden Saleh, hati seolah merasa ada yang tidak beres.

Pada waktu lampu merah berubah menjadi hijau, saya pun jalan bersama pengguna jalan lainnya. Eeps.... tiba-tiba ada orang menyeberang di depan Optik melawai, tapi bukan di jembatan penyeberangannya, melainkan di jalan raya alias di bawah jembatan penyeberangan. Alhasil ... ciiiitttt......pengendara motor di depan saya tiba-tiba mengerem, dan saya pun turut mengerem dari pada menabrak pengendara di depan saya yang mencoba menghindari tabrakan dengan penyeberang tadi......! Weleh.. weleh... Buta kali ya.... atau tidak pernah belajar apa gunanya jembatan penyeberangan? Memang tepatlah bunyi spanduk yang pernah dibuat oleh Pemda DKI pertengahan tahun 2007 yang isinya "Hanya orang bodoh yang tidak tahu untuk apa jemabtan penyeberangan ini di bagun?" Eeeehhhh ..... di belakang saya dengan gaya pembalab coba menabrak ban belang saya dan jatuh terguling-guling. Waduh...! saya melihat gaya jatuhnya pasti ditabrak sama pengendara lainnya..... sekali lagi... PUJI TUHAN YESUS. Dugaan saya tidak terbukti. Pembalap ini selamat.

Karena merasa kasihan, saya pun berusaha menolongnya. namun setelah saya menolongnya, bapaknya dan tetangganya datang. Bapaknya coba memeras saya untuk minta ganti rugi, tapi karena saya memang tidak salah, saya sempat terpancing dan membentak si bapa, sambil berkata.... "pak, saya tidak bersalah... saya ditabrak anak bapak dari belakang. Kalau saya mau lari bisa saja, tapi saya tidak lakukan karena saya masih punya hati nurani. Kalau bapak minta ganti rugi, bapak tidak punya hak. Kalau saya mau bantu bapak untuk memperbaiki motor anak bapak, itu karena saya mau, kalau pun saya tidak mau bantu bisa saja. bapak tahu itu? Bapak itu pun diam dan akhirnya berkata "terserah kamu saja."