Selasa, 14 Februari 2012

PLURALNYA MASYARAKAT

 Kehidupan masyarakat di Indonesia pada masa kini, terutama di daerah perkotaan menunjukkan satu keadaan yang semakin plural, dalam aktivitas sehari-hari, tingkat pendidikan, status sosial, suku, dan agama yang berkembang di tengah masyarakat.

Sebab-sebab Pluralnya Masyarakat Kota

Manusia Motor Utama Perubahan
 
Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari pengaruh manusia yang ada di dalamnya. Wongso (1996) menulis tentang manusia sebagai berikut ini:
Manusia merupakan unsur pokok dalam masyarakat, tanpa manusia tak mungkin ada masyarakat tidak ada manusia tidak ada bisa terbentuk satu masyarakat.
Adanya manusia disebabkan adanya hidup, karena ada hidup, maka bisa berpikir dan dapat merubah masyarakat dimana seseorang tinggal. Masyarakat selalu berubah dan inilah yang disebut kemajuan.


Manusia sebagai salah satu dari ciptaan Tuhan, dikenal sebagai mahluk yang sangat berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Manusia mempunyai kemampuan untuk menggunakan pikirannya. Widyosiswoyo mengatakan: "kemampuan manusia berpikir merupakan suatu perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia."
Kemampuan manusia berpikir membedakannya dari mahluk hidup lainnya. Kalau kita mengamati lingkungan di sekeliling kita, kita akan menemukan beberapa fakta penting yang membuat manusia berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Contohnya: manusia bertindak berdasarkan naluri berpikir yang rasional, sedangkan binatang bertindak berdasarkan insting. Kemampuan manusia untuk berpikir membuat manusia dapat merencanakan sasaran hidupnya, sedangkan binatang tidak dapat melakukan perencanaan seperti itu.
Perbedaan antara manusia dengan mahluk hidup lainnya didukung oleh bukti-bukti yang dicatat dalam Alkitab yang menyatakan bagaimana manusia dengan segala kelebihannya dapat mengambil keputusan penting dalam kehidupannya. Keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia seringkali juga mempengaruhi orang-orang di sekitarnya (Kej. 3:1-7; 6:1-6; 11:1-9). Widyosiswoyo berpendapat:
Apa yang diciptakan manusia pada suatu waktu merupakan rasa dan karsa sebelumnya. Mungkin apa yang diciptakan waktu itu memuaskan baginya. Bila tidak memuaskan untuk waktu itu, diperbaikinya agar kepuasannya diperolehnya.

 
Kemampuan manusia untuk menggunakan kekuatan pikirannya, menghasilkan beberapa jenis ketidak puasanan dalam hidupnya, antara lain:
  1. Manusia tidak pernah puas dengan segala sesuatu yang telah didapatkannya.
  2. Manusia tidak pernah puas dengan segala sesuatu yang sudah diketahuinya.
  3. Manusia tidak pernah puas dengan segala pengalamannya.
Semua jenis ketidak puasan di dalam kehidupan manusia menghasilkan satu sifat menyukai perubahan dalam kehidupan pribadinya maupun kelompoknya.
Kemampuan manusia untuk membuat suatu perubahan di lingkungan masyarakat di mana ia tinggal membuktikan bahwa manusia adalah mahluk yang dinamis, bukan mahluk yang statis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "dinamis" berarti bahwa manusia dapat melakukan dengan penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan di sekitarnya. Artinya dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai satu pribadi yang dinamis dengan segala komponen yang ada di dalam dirinya senantiasa bergerak dan mengadakan interaksi sosial dengan manusia lain di sekitarnya.
Soekanto mengutip pernyataan Kimball Young dan Raymond W. Mack yang menyatakan: "interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama." Pada waktu manusia mengadakan interaksi dengan sesamanya, dihasilkanlah apa yang disebut sebagai satu perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa "perubahan sistem dalam satu kelompok masyarakat, dan perubahan pola-pola kehidupan."
Manusia sebagai komponen utama dari suatu masyarakat dalam kapasitasnya sebagai mahluk sosial mempunyai peluang untuk menciptakan perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Apa pun jenis kegiatan yang dilakukan di antara masyarakat akan mempengaruhi proses kehidupan masyarakat. Berdasarkan pada fakta-fakta ini, maka manusia dapat disebut sebagai penyebab utama semakin jamaknya kehidupan masyarakat.

 

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Manusia dengan segala kelebihannya senantiasa menginginkan kehidupan yang lebih baik. Manusia mengusahakan berbagai cara untuk dapat mewujudkan kehidupan sesuai dengan harapan-harapan yang dimilikinya. Manusia tidak pernah berhenti untuk mewujudkan perubahan demi perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya.
Sejarah mencatat bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mengadakan perubahan demi perubahan dalam kehidupannya memberikan hasil. Pada abad ke XVII, di Eropa timbul satu gerakan yang disebut dengan gerakan pencerahan atau yang lebih dikenal dengan zaman renaisance. Gerakan tersebut menitik beratkan kebenaran pada ilmu pengetahuan dan intelektual, kebenaran berdasarkans fakta dan hukum-hukum alam. Immanuel Kant memberikan tema untuk abad tersebut yaitu "Berani Untuk Mengetahui," dan Newbigin menjelaskan tema itu sebagai "panggilan supaya memiliki keberanian untuk berpikir demi dirinya sendiri, untuk menguji segala sesuatu dalam terang akal budi dan suara hati, bahkan berani untuk menanyakan tradisi-tradisi yang paling suci sekalipun."
Setelah zaman tersebut, dihasilkanlah penemuan-penemuan ilmiah antara lain: ilmu tentang samudera dan benua, obat-obatan, sarana-sarana komunikasi seperti telegram, telepon, mesin percetakan, generator listrik dan transformator, kapal uap, kereta api, komputer, pesawat terbang, dan banyak penemuan-penemuan lainnya. Keberhasilan manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang luas ke seluruh dunia, termasuk ke daerah perkotaan di Indonesia, dan salah satu di antaranya yaitu kota Jakarta. Perhatikanlah tabel berikut ini:
Sebelum Mengenal Ilmu Pengetahuan Modern
Setelah Mengenal Ilmu Pengetahuan Modern
Daerah perkotaan hanya menjadi tempat untuk menjual hasil-hasil pertanian, dan sekaligus sebagai tempat untuk membeli barang-barang kebutuhan yang tidak terdapat di desa.Perkotaan menjadi daerah yang perlu diperhatikan karena adanya asumsi bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang berpusat di kota sanggup untuk mengubah kehidupan manusia.

  Tabel 3. Perbedaan Pandangan Masyarakat
Sebelum dan Sesudah Mengenal Ilmu Pengetahuan Modern.

Masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi modern ke Indonesia, khususnya yang berpusat pada daerah perkotaan memberikan dampak yang cukup signifikan. Tabel di atas menunjukkan adanya pergeseran paradigma dalam masyarakat tentang kota.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak lain yaitu timbulnya gerakan dalam masyarakat yang disebut dengan urbanisasi (akan dibahas pada sub judul berikutnya), yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Hal ini menjadi sangat mungkin terjadi karena pertukaran informasi yang semakin mudah. Pada zaman ini, ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi baru dalam dunia informasi. Alat-alat komunikasi telah tersedia dalam berbagai bentuk, seperti: telepon, telegram, televisi dan radio, komputer, dan maupun media cetak.
Sarana-sarana tersebut memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi dari masyarakat yang bermukim di daerah lainnya. Kemudahan-kemudahan untuk memperoleh informasi menjadi satu daya dorong dalam diri manusia yang hidup di zaman ini untuk membuktikan informasi-informasi yang diperolehnya. Pembuktian terhadap informasi-informasi tersebut di dukung oleh kemudahan untuk menjangkau daerah lain karena ditemukannya alat-alat transportasi darat, laut, dan udara.

 
Urbanisasi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala peralatan yang dihasilkannya memberikan dampak baru dalam kehidupan masyarakat, baik bagi anggota masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun bagi anggota masyarakat yang tinggal di pedesaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat manusia masuk dalam zaman yang materialistis. Segala sesuatu diukur dengan kemampuan untuk memiliki serta menikmati hasil-hasil ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Masyarakat desa mulai melihat kota sebagai daerah yang memungkinkannya untuk mewujudkan keinginan-keinginannya. Masyarakat di pedesaan juga terpengaruh dengan informasi-infomasi yang diperolehnya tentang kehidupan di perkotaan. Akibat dari pengaruh-pengaruh informasi tersebut, masyarakat pedesaan mulai bergerak untuk pindah ke kota-kota di sekitarnya. Perpindahan masyarakat pedesaan ke kota ini disebut dengan "urbanisasi."
Urbanisasi membuat perkotaan menjadi daerah yang berpenduduk majemuk, karena pada waktu terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota, mereka juga sekaligus membawa serta atribut-atribut yang dimilikinya, seperti jenjang pendidikan, keahlian yang dimilikinya, kepercayaannya, dan status sosialnya. Menurut para ahli antroplogi, perpindahan penduduk dari desa ke kota, menyebabkan terjadinya proses akulturasi yang cepat. Penduduk yang datang dari desa membawa serta budaya aslinya, kemudian ia akan mengadaptasi budaya-budaya di perkotaan. Dengan demikian, "urbanisasi" merupakan salah satu pemicu semakin majemuknya kehidupan masyarakat di perkotaan.

 
Dampak Dari Pluralnya Masyarakat Kota

Kehidupan masyarakat perkotaan yang majemuk membuat kehidupan di perkotaan penuh dengan persoalan. Di satu sisi, perkotaan menjadi tempat yang menjanjikan untuk menikmati hidup yang berkelimpahan secara materi dan menjadi tempat yang tepat untuk mewujudkan cita-citanya, tetapi bagi anggota masyarakat lainnya, kota merupakan tempat penindasan dan kesengsaraan.
Fenomena tentang kehidupan di perkotaan di Indonesia ini dijelaskan oleh Halim dalam kutipan berikut ini :
Perkotaan akan menjadi tempat yang sangat menyeramkan, disamping surga bagi sebahagian orang. Keberhasilan penduduk di perkotaan akan membuat hidup yang bermewah-mewah yang tidak wajar. Sedangkan kemiskinan yang akan menjadi satu pemandangan yang negatif bagi dunia luar dan meningkatkan potensi kriminalitas di perkotaan karena tuntutan hidup.

 
Kehidupan masyarakat kota yang majemuk khususnya dalam kehidupan masyarakat Jakarta tercermin dalam kehidupan masyarakatnya yang beragam. Kemajemukan itu menghasilkan dampak-dampat antara lain:
  1. Timbulnya kesenjangan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
  2. Sangat memungkinkan timbulnya permusuhan antar kelompok masyarakat
  3. Terjadinya kompetisi di antara masyarakat
  4. Meningkatnya angka kejahatan
  5. Setiap orang cenderung individualistis.
  6. Masyarakat cenderung menerima perubahan yang terjadi di lingkungan di sekitarnya.
Dalam kehidupan masyarakat kota yang majemuk, sering kali timbul kesenjangan dalam berbagai aspek. Kesenjangan tersebut terjadi karena berbagai perbedaan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.
Perbedaan tatanan kehidupan masyarakat kota Jakarta dapat dilihat dalam bidang kehidupan berikut ini:
  1. Dalam bidang perekonomian masyarakatnya.
    Di antara masyarakat kota Jakarta terdapat orang-orang yang mempunyai tingkat perekonomian yang sangat mapan, dan di antaranya juga hidup orang-orang yang tingkat perekonomiannya sangat memprihatinkan. Bagi anggota masyarakat yang tingkat perekonomiannya lebih baik memberikan banyak kemudahan untuk memperoleh apa saja yang dikehendakinya, sedangkan bagi anggota masyarakat yang tingkat perekonomiannya rendah, keinginan untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari pun menjadi satu masalah besar. Mereka yang hidup dalam kemiskinan menjadi orang yang tersisihkan dari komunitas dimana ia tinggal.
  2. Dalam Aktivitas sehari hari.
Ditinjau dari sisi aktivitas masyarakatnya, di kota Jakarta terdapat anggota masyarakat dengan aktivitas yang sangat beragam. Aktivitas tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu sangat sibuk, sibuk, dan santai.
  1. Dalam bidang pendidikan.
Di antara masyarakat kota Jakarta, dapat ditemukan orang berpendidikan dan orang-orang yang tidak berpendidikan.
Widyosiswoyo mengemukakan:
Penduduk di perkotaan berasal dari daerah yang bermacam-macam, mereka satu dengan yang lain merasa bukan bersaudara, sehingga mudah terjadi permusuhan. Itulah yang antara lain mendorong penduduk yang berasal dari daerah yang sama bertempat tinggal di lingkungan yang sama, sehingga di Jakarta misalnya terjadi Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung Jawa, dan sebagainya."

Sifat kesukuan merupakan sifat dasar dari masyarakat Indonesia. Sifat ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat, sekalipun telah hidup di perkotaan ikatan kesukuan masih kuat. Apabila ada anggota masyarakat dari satu suku diperlakukan dengan tidak adil oleh suku lain, sering sekali membuat orang dari suku yang menerima perlakuan tidak adil tersebut mencoba ikut membela. Tindakan-tindakan seperti ini sering kali menyebabkan timbulnya permusuhan antar suku. Contohnya: peperangan antara suku Batak dengan suku Ambon sering terjadi di daerah Universitas Kristen Indonesia dan Cililitan. Makmur menyoroti masalah ini sebagai satu masalah lebih luas lagi cakupannya yaitu masalah "SARA."
Dalam kehidupan masyarakat kota yang semakin majemuk terdapat berbagai aktivitas yang tidak dibatasi oleh waktu. Masyarakat cenderung menjadi budak materi. Nilai hidup seseorang dipengaruhi oleh banyaknya uang yang dimilikinya. Keadaan ini menghasilkan satu semangat kompetisi yang destruktif. Widyosiswoyo, mengemukakan:
Persaingan dalam kehidupan kotalah yang justru dapat mendorong kota jauh lebih cepat berkembang. Manusia kota ditantang dengan macam-macam soal kebutuhan, maka mereka berusaha lebih keras demi kejayaannya (survive atau bertahan) dalam hidupnya.

 

Kebutuhan hidup di kota memaksa setiap angota masyarakatnya untuk berjuang dengan sekuat tenaga dan kemampuannya. Wongso mengemukakan "mereka sudah kehilangan perasaan santai, khawatir tidak menepati waktu atau janji, pikiran mereka selalu tegang dan tidak dapat rileks. Bertambahnya jumlah penduduk kota Jakarta menyebabkan kebutuhan akan sandang, pangan dan papan semakin meningkat. Sesuai dengan prinsip ekonomi, dimana semakin bertambah permintaan barang, maka semakin tinggilah nilai atau harga dari barang. Tanpa adanya usaha yang keras untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari harga-harga kebutuhan pokok tersebut, akan sulit untuk menjalani kehidupan di kota.

Semangat kompetisi di antara masyarakat kota sering kali direalisasikan dengan cara-cara yang negatif. Kelompok masyarakat yang memilih jalur ini biasanya lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Sebagai contoh, karena kurangnya persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk masuk ke satu instansi tertentu, ada orang yang lebih memilih untuk menempuh cara-cara yang tidak benar. 

Tingginya kompetisi di antara anggota masyarakat memaksa beberapa orang dari mereka mulai melupakan nilai-nilai moral yang selama ini diagung-agungkan oleh nenek moyang bangsa ini. Moralitas yang menjadi standar perilaku interaksi antar manusia dijungkir balikkan oleh keinginan untuk menang dalam kompetisi. Kuatnya keinginan tersebut, memaksa orang-orang tertentu untuk mengkomersialkan bagian-bagian tubuhnya demi untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Anis K. Al-Syari; staf Ahli Poros Tiga Institute Culture dalam satu artikel berjudul "Pornoisme dan Masyarakat Anestesi" mencatat:
Seorang gadis cantik yang kuliah di sebuah kota metropolis dengan sangat berani melakukan perubahan cepat pada penampilannya. ... wajah boleh bahenol, tetapi jika berpakaian sangat kampungan mungkin akan kelihatan tidak menarik. Jika tidak mengkonstruk dirinya dengan pakaian yang sedikit mempertontonkan keperempuanannya.

Menayang, ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UI dan Sabaroeddin, dosen FISIP UI, mengupas satu fenomena kehidupan orang-orang muda berduit di kota Jakarta. Dalam artikel tersebut dicatat "orang-orang muda berduit memanfaatkan wanita-wanita muda yang bekerja sebagai pemuas nafsu di kafe dan klub-klub yang tersebar luas di kota Jakarta ini." Kedua catatan ini membuktikan semakin kurangnya keinginan beberapa bagian dari komponen masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh para leluhurnya.

Kemajemukan kehidupan masyarakat di kota Jakarta juga menimbulkan dampak meningkatnya angka kejahatan. Di tengah kesibukan anggota masyarakat, masalah kejahatan bukanlah suatu hal yang asing. Di kota ini terdapat berbagai bentuk kejahatan, antara lain: perampokan, pencurian, penodongan, penjualan obat-obatan terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, penipuan dan banyak lagi bentuk-bentuk kejahatan lainnya. Meningkatnya angka kejahatan tersebut menyebabkan lingkungan hidup yang kurang aman.
Kurangnya rasa aman dalam kehidupan masyarakat menghasilkan perasaan saling mencurigai di antara anggota masyarakat itu sendiri. Apabila ada seseorang yang kurang dikenal atau belum pernah dikenal sebelumnya, masyarakat lebih memilih untuk menutup diri terhadap orang tersebut. Kurangnya rasa aman di kota Jakarta sudah bukan satu rahasia lagi. Hal ini dapat dibuktikan dari maraknya pemberitaan yang disampaikan melalui media elektronik dan maupun media cetak. Sebagian besar berita yang disampaikan oleh media-media informasi tersebut berisi berita antara lain: penculikan terhadap orang-orang tertentu, perampokan, pencurian, pembunuhan, penjualan obat-obatan terlarang, pemerasan, penipuan dalam berbagai cara, dan banyak lagi bentuk-bentuk yang membuat kehidupan di kota Jakarta menjadi kurang aman.

Di tengah kehidupan masyarakat kota Jakarta yang majemuk, kita juga akan menemukan kurangnya rasa keperdulian terhadap sesama manusia. Sebahagian besar masyarakat di kota Jakarta merupakan orang yang individualis. Meningkatnya sifat ini disebabkan antara lain beratnya tuntutan kehidupan sehingga setiap orang harus berjuang demi kelangsungan hidupnya sendiri. Sifat ini juga karena faktor kurangnya rasa aman.
Kehidupan di kota Jakarta yang selalu berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Terkadang situasi dapat menjadi sangat memaksa untuk mengikuti perubahan tersebut. Banyak orang yang datang dari pedesaan tidak dapat mempertahankan pola pikirnya yang asli dan dengan terpaksa atau dengan suka rela mengadaptasi pola pikir dan pola hidup di kota.