Jumat, 31 Desember 2010

Belajar dari Waktu

Mazmur  90:12 : "  Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."

Tahun 2010 sudah kita lalui dan kini kita tiba di penghujungnya. Tinggal beberapa waktu lagi kita akan melewatinya. Perlu untuk kita merenungkan kembali segala sesuatu yang telah kita alami, lakukan, dan rencanakan. Apakah hari-hari kita lebih banyak diisi dengan hal-hal yang merusak atau dengan perkara-perkara yang positif dan membangun. Seorang sahabat mengirimkan SMS yang isinya kira-kira mengingatkan kepada saya akan pentingnya melakukan perenungan tentang apa saja yang telah mengisi-hari-hari hidup kita selama ini.




Beberapa waktu yang lalu seorang saudara datang ke saya untuk memintakan pertolongan sehubungan dengan masalah yang sedang dia alami.  Melihat kedatangannya dengan masalah yang begitu berat, saya merasa tidak sanggup untuk menolongnya. Ketidak sanggupan saya untuk menolongnya adalah karena di masa yang lalu dia telah mencorengkan hal-hal yang buruk. Salah satu hal yang dia butuhkan adalah pekerjaan. Masalahnya adalah bahwa beberapa kolega sudah kehilangan kepercayaan karena setelah saudara tersebut diterima bekerja di perusahaan mereka, saudara ini kemudian meninggalkan tempat kerjanya dengan cara yang tidak terpuji. Lalu apa yang harus saya lakukan untuk menolongnya? Untuk itu saya mengatakan kepada saudara tersebut agar datang kepada Tuhan memintakan hikmat.
 

Ketika saya sedang merenungkan segala hal yang telah ditorehkannya dimasa lalu, saya teringat dengan waktu dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, ada tiga jenis waktu yang paling umum, yaitu : Presence tense, Past tense, dan Future tense. Kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dapat diartikan : “waktu sekarang, waktu lampau dan waktu masa datang.” Dalam dunia Tiongkok kuno ada filosofi yang bunyinya kira-kira demikian: “Waktu sekarang akan menjadi waktu lampau, dan waktu di masa depan akan menjadi waktu sekarang.”  Apa pelajaran yang dapat kita petik dari waktu yang kita lalui?
Pemazmur berkata : “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mazmur 90:12). Pemazmur meyadari betapa pentingnya hari-hari dalam hidup kita di dunia ini. Hari-hari yang kita jalani di tengah dunia ini adalah hari-hari yang erat hubungannya dengan ketiga waktu yang telah saya ungkapkan di atas.  Sekarang coba kita mengingat kembali hari-hari yang ada dalam seminggu, ada tujuh hari, dan setiap hari terdiri dari 24 jam. Pernahkah hari yang kita jalani selalu sama, dengan pengalaman yang sama? Tidak bukan? Ada masa-masa senang, ada masa-masa sedih. Ada keberhasilan, dan ada juga kegagalan.
 

Kembali kepada tiga waktu yang saya ungkapkan di atas. Apakah pelajaran yang dapat kita petik dari ketiganya?
  • Waktu lampau adalah masa yang Tuhan berikan usebagai satu ingatan bagi kita, tetapi kita tidak bisa menghidupinya lagi dengan kualitas dan posri yang sama.
  • Waktu sekarang adalah waktu di mana kita mengalaminya, bergelut dengan segala kejadian di dalammnya. Waktu sekarang akan menorehkan kisah-kisah yang akan mengisi masa lalukita. Oleh karenanya, marilah kita mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang bermanfaat di masa kini.
  • Waktu yang akan datang, adalah waktu yang belum kita jalani, tetapi pasti akan kita capai. Sama seperti berputarnya waktu selalu mengarah ke depan, demikian pula hidup kita sedang mengarah ke depan. Permasalahannya adalah adakah kita sebagai ciptaan TUHAN yang diberikan pemikiran dan hati nurani sudah merencanakan mau jadi apa kita ini di waktu yang akan datang?
Bulan Desember 2010 tinggal beberapa jam lagi. Marilah kita mengambil satu keputusan untuk mengisi hari-hari yang masih akan TUHAN berikan dengan hal-hal yang baik. Kita tidak tahu apa saja  yang akan kita alami di waktu yang akan datang. Namun, marilah kita mengingat akan hal bagaimana TUHAN sudah menolong kita di masa yang lalu dan masa kini. Percayakanlah hidup kita kepada-Nya.  Salomo pernah mengatakan : “5  Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 6  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. 7  Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; 8  itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.”

Masa depan, yaitu tahun 2011 yang akan datang dan sebentar lagi kita jalani tidak dapat kita prediksi. Apakah akan lebih baik atau lebih buruk keadaannya. Namun yang pasti bahwa bersama dengan TUHAN, apa pun keadaan tahun 2011 akan dapat kita lalui dengan baik. 


TUHAN YESUS memberkati.




Senin, 27 Desember 2010

TUHAN YANG SETIA

Syukur kepada TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan penghiburan kepada saya dan keluarga. Setelah melewati masa-masa sulit dalam tahun pertama pernikahan kami, Dia selalu membuktikan penyertaan-Nya bagi kami. Tahun ini, dua tahun sudah kami (saya dan Istri) menikah, TUHAN semakin membuat kami takjub akan kesetiaan-Nya . Apa pun yang kami alami, Dia tidak pernah membiarkan kami berjalan sendiri. Malam ini, ketika saya dan istri sedang makan di jalan Gajah Mada, saya kaget dengan kehadiran-Nya. Tuhan ku menjamah hati ku. Ia mengingatkanku akan berkat terbesar yang kami rindukan selama hampir dua tahun ini. Anak yang ada dalam kandungan istriku. Anak ini adalah anak berkat bagi kami. Pernah istri saya berpikir untuk mengikuti saran dari teman-temannya untuk mengikuti program kehamilan. Setelah mendengar saran tersebut, tiga bulan lalu istri sempat mengatakan kepada saya agar kami mengikutinya bulan Januari 2011. Mendengar perkataan istri tersebut, saya mengingatkan istri akan janji berkat Tuhan atas pernikahan. Saya mencoba mengutip kisah tentang Rahel yang memintakan anak kepada Yakub. Dalam kisah tersebut, Rahel merengek-rengek kepada Yakub untuk memintakan anak. Melihat istri yang dikasihinya itu, Yakub menjawab : "Allahkah aku, sehingga engku meminta anak kepadaku?" Dari kasus ini, saya mendapat pesan bahwa Allahlah yang sanggup memberikan kehidupan dalam rahim seorang ibu. Oleh karena itu, saya mengatakan kepada istri, apakah kita harus menyerah karena kamu belum hamil? 
Sejak saat itu, saya semakin menaruh pengharapanku kepada TUHAN-ku. Setiap malam saya berdoa dan menumpangkan tangan ke atas rahim istriku. Suatu hari (sekitar bulan Agustus 2010) saya mendapatkan pesan dari TUHANku bahwa istriku terakhir menstruasi bulan September 2010. Mendengar nubuatan itu, istriku sepertinya tidak yakin. Suatu hari di bulan Oktober 2010, waktu pulang dari kebaktian umum dua saya dan istri bertemu dengan Pendeta  Jitro atau yang dikenal opa The. Waktu bertemu opa, seperti biasanya kami menyapa beliau dan berjabat tangan dengannya. Di sela-sela percakapan kami, opa bertanya kepada istri apakah istri sudah hamil. Mendengar pertanyaan itu, istri menjawab : "belum opa, doakan iya opa." Kemudian Opa The berkata : "bulan depan kamu hamil, kembar." Luar biasa, TUHAN-ku dasyat. Pada tanggal 5 November 2010 (hari Jumat jam 1 siang) istriku harus masuk rumah sakit Royal Taruma. Padahal hari Senin (tanggal 8 November 2010) harus berangkat ke Jawa Tengah dalam rangka tugas dengan naik pesawat. Oleh karena keadaan istri yang masih di rawat di Rumah Sakit, Istri tidak jadi berangkat. Namun satu keanehan terjadi, dimana Dokter Lita yang merawatnya mengijinkannya pulang dari setelah jam 1 siang pada tanggal 8 November tersebut, dengan catatan bahwa tanggal 10 harus chek up kembali. 


Tanggal 10 November 2010, pagi-pagi sekitar jam 6 pagi istri merasakan ada sesuatuyang aneh pada dirinya. Ia merasa mual dan pusing. Melihat tanggalan tersebut, menurut yang biasanya setiap bulan, seharusnya  istri sudah menstruasi hari itu. Namun tidak ada tanda-tanda itu, melainkan pusing dan mual-mual. Mendengar keluhan istri,saya menyarankan agar ia test urin dengan testpek. Istri saya pun melakukannya, dan hasilnya "positip". Melihat hasil test tersebut, istriku belum percaya. Saya langsung berkata kepadanya, "kamu hamil!" Puji TUHAN!! Istriku masih belum percaya. 


Setelah ia mandi, jam delapan saya mengantarkannya ke Rumah sakit Royal Taruma untuk chek up sesuai dengan saran dokternya. Sebelum ke tempat dokter Lita, Istri terlebih dahulu ke bagian kebidanan untuk chek dan konsultasi kehamilan. Kemudian Dokter menyarankannya untuk di USG. Dari hasil analisa, Dokter menyimpulkan bahwa Istriku sudah hamil empat minggu empat hari. Amazing.....! TUHAN YESUS Dasyat.

Kamis, 09 Desember 2010

Masalah Bajaj PULSAR 180 dtsi

Ini adalah kelanjutan dari persoalan Motor Bajaj 180dts-i milikku yang saya ceritakan sebelumnya. 

Setelah tiba di Jakarta, saya mencoba mengecek beberapa artikel yang mengulas masalah Bajaj Pulsar 180dts-i. Rata-rata persoalannya adalah seputar matinya kelistrikan setelah mengganti AKI dari aki basak ke jenis Maintenance Free. Namun saya tidak yakin bahwa sumber permasalahannya adalah pada pertukaran AKI tersebut. Karena menurut data kelistrikan di buku manual, data aki baru tersebut semua sama. Artinya

Rabu, 08 Desember 2010

Disiplin Pribadi vs Disiplin Rohani Dan Manfaatnya Dalam Pelayanan

Ibrani 10:36-39: 

36. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. 37  "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. 38  Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." 39  Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.  

Pendahuluan :

Disiplin atau tindakan pendisiplinan merupakan hal yang penting diterapkan dalam proses pendidikan. Dalam prosesnya, ada orang menyikapinya dengan positif, namun ada juga yang memandangnya dengan negatif. Mengapa demikian?


Arti Kata Disiplin : 


Disiplin Pribadi

A. Pengertian displin Pribadi 
B. Cakupan Disiplin Pribadi
C. Bagaimana Menjadi Pribadi Yang Disiplin

Disiplin Rohani 
A. Pengertian Disiplin Rohani
B. Bagaimana Cara Mendisiplinkan Rohani kita?

Korelasi Disiplin Pribadi dengan Disiplin Rohani dan Manfaatnya dalam Pelayanan

 




Rabu, 01 Desember 2010

Dewasa Rohani Tidak Harus Tua

Dewasa atau kedewasaan adalah topik yang luas. oleh karenanya pada tulisan ini, saya mencoba membahas dari sisi kedewasaan ditinjau dari perspefktif Alkitab, khususnya tentang korelasi antara kedewasaan rohani seseorang dengan kedewasaan berfikirnya.

Sebelum membahas pokok di atas, penulis mencoba mencantumkan  tulisan dari Paulpa di blognya (http://hikmatpembaharuan.wordpress.com/2008/12/16/pembelajaran-orang-dewasa-ciri-ciri/)yang dirangkumkan dari Downs, Perry G., “Adult: An Introduction” dalam buku Christian education: foundations for the future
    Tidak ada garis pembatas yang jelas dalam masyarakat modern yang memberi indikasi kapan seorang pribadi menjadi orang dewasa. Pada beberapa masyarakat primitif, pembatas tersebut bisa berupa ritual inisiasi yang mengantar seseorang pada
    masa kedewasaan. Biasanya masa dewasa dimulai pada awal duapuluhan (yang ditandai dengan beberapa peristiwa penanda) dan berlanjut sampai akhir hidup.

    Masa dewasa adalah masa yang mengalami perubahan dan melewati tahap-tahap  dan pola perkembangan juga dan tidaklah statis seperti yang disangka oleh banyak orang selama ini. Pola yang dapat diprediksi dalam kehidupan orang dewasa secara struktur sosial:
    • Duapuluhan – memiliki ciri keyakinan yang besar
    • Tigapuluhan – sering memiliki keragu-raguan, dan mempertanyakan banyak keputusan hidup mereka
    • Empat puluhan – memiliki ciri akan rasa ketergesaan yang dalam
    • Lima puluhan – memiliki ciri penerimaan diri
    • Setelah enam puluhan – potensi hikmat dan kekudusan dinyatakan dalam kedalaman yang lebih besar
    menuliskan "karakteristik orang dewasa" antara lain:
    • Konsep diri orang dewasa berubah, dari seseorang yang tergantung menjadi mengatur diri sendiri
    • Orang dewasa memiliki sejumlah pengalaman dan pemahaman yang semakin banyak, yang berfungsi sebagai sumber daya pembelajaran yang kaya
    • Kebutuhan untuk belajar akan lebih banyak berorientasi pada tugas perkembangan dari peran sosial
    • Perspektif orang dewasa dalam menggunakan pengetahuan berubah dari penerapan yang tertunda menjadi penerapan segera
    Bagaimanakah Alkitab mendefinisikan tingkat kedewasaan seseorang? Penulis mencoba meneliti beberapa catatan Alkitab tentang pokok ini. Dari penyelidikan tersebut, penulis menemukan :

    1. Kedewasaan seseorang harusnya selaras dengan tingkat usianya 
    1Samuel 2:26  Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.

    Lukas 1:80  Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.
    Luk 2:52  Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. 
    2. Kualitas kedewasaan seseorang berbanding lurus dengan kualitas pengenalannya kepada Tuhan.
    2Petrus 3:17-18: "Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya."

    Orang yang memasuki tahap kedewasaan rohani memiliki ciri-ciri :
    • Dapat memutuskan perkara yang lebih utama dalam hidupnya.
    Ibrani 11: 24-27 : 24.  Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25.  karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. 26.  Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah. 27.  Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
    • Dapat memahami perintah dan larangan Tuhan.
    Nehemia 10:28  Dan orang-orang yang lain, yakni: para imam dan orang-orang Lewi, para penunggu pintu gerbang, para penyanyi, para budak di bait Allah dan segala orang yang memisahkan diri dari penduduk negeri untuk patuh kepada hukum Allah, serta isteri mereka, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, begitu juga semua orang yang cukup dewasa untuk mengerti. 
    • Dapat mempertanggung jawabkan pengalaman rohaninya dengan Tuhan di hadapan banyak orang.
    Yohanes 9:21  tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri."
    • Dapat Membedakan mana yang baik dan yang berkenan kepada TUHAN
    1 Korintus 14: 20  Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!
    Ibrani  5:11 - 14 :  "11.  Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. 12.  Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. 13.  Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. 14. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
    • Mengutamakan kepentingan Allah dalam mewujudkan rencana penyelamatan umat manusia
    1 Korintus 3: 1-10: " 1. Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. 2.  Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. 3.  Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? 4.  Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? 5.  Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. 6.  Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. 7.  Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. 8.  Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. 9.  Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. 10.  Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya."


    Kamis, 25 November 2010

    Disiplin Rohani dan Keefektifan Pelayanan

    1Timotius  4: 1 – 12
    1.  Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan 2  oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.  3  Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. 4  Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, 5  sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa. 6  Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini. 7  Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. 8  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. 9  Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya. 10  Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya. 11  Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. 12  Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

    Pendahuluan
     

    Beberapa waktu yang lalu, di website resmi GSJA (http://www.gsja.org/2010/11/22/pelayanan-atau-kejar-tayang/comment-page-1/#comment-2628)  dimuat satu artikel “pelayanan atau kejar tayang” yang ditulis oleh ibu Pdt. Ita Utomo, istri dari bapak Pdt. Thomas Agung. Berikut ini adalah kutipan dari tulisan beliau :
    "Banyak dari saudara mungkin membaca artikel ini karena judulnya yang “amat menyindir”, dan memang saya menulis artikel ini karena saya merasa sedih, geram dan ‘mengurut dada’ mendengar dan melihat bagaimana beberapa hamba Tuhan dari berbagai denominasi yang saya kenal telah berubah hatinya menjadi ‘hamba uang’. Saya sendiri harus selalu mengawasi diri saya agar tidak jatuh pada masalah yang sama, karena semakin hari semakin kelihatan betapa berkuasanya uang atas kita, termasuk atas hamba-hamba Tuhan. Tetapi segala usaha saya itu tidak memadamkan keinginan saya untuk menunjukkan kepada anda betapa runyamnya gambaran pelayanan sebagian hamba Tuhan. Ini terutama terjadi di perkotaan! ….
    Banyak dari kita ketika mulai melayani, kita yakin bahwa Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan kita. Tetapi seiring dengan waktu yang berjalan dan pengalaman yang kita lalui kita mengalami sendiri tantangan dan kekurangan. Akhirnya kita mengeluh dan bertanya-tanya mengapa semua ini tidak semudah yang dibayangkan? Mengapa hamba Tuhan dapat kekurangan, sakit, kesusahan, dsb. Perlahan-lahan kita mulai memasukkan pikiran dalam hati kita untuk meninggalkan pelayanan. Saya tahu ada cukup banyak Pelayan Injil yang ketika disupport karena perintisan akan terus melayani tapi ketika support berhenti (setelah 3 tahun biasanya) mereka berhenti melayani di tempat tersebut atau pindah daerah supaya di daerah yg baru mereka bisa mendapat support baru lagi. Bahkan saya kenal beberapa hamba Tuhan (lebih dari satu ya) yang suka berpindah-pindah organisasi karena alasan support atau dana.
    Saya teringat dengan sebuah pengalaman menarik. Seorang hamba Tuhan yg kami undang digereja kami bercerita bahwa isterinya mengatur schedule kotbahnya di gereja-gereja seperti kejar tayang atau kejar setoran supaya bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Sampai-sampai sang suami kelelahan harus kesana kemari.
    Apakah ini yang dimaksudkan dengan pelayanan yang efektif?

    Marilah kita melihat definisi ”Efektivitas” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Efektivitas (kata benda) berasal dari kata dasar efektif (kata sifat). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003, halaman 284 yang disusun oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, "Efektif" adalah
    1. ‘ada efeknya’ (akibatnya, pengaruhnya, kesannya);
    2. ‘manjur atau mujarab’ (tt obat);
    3. ‘dapat membawa hasil; berhasil guna’ (tt usaha, tindakan); ‘mangkus’;
    4. ‘mulai berlaku’ (tt undang-undang, peraturan).
    Sementara itu, efektivitas memiliki pengertian "keefektifan". Keefektifan adalah
    1. ‘keadaan berpengaruh’; ‘hal berkesan’;
    2. ‘kemanjuran’; ‘kemujaraban’ (tt obat);
    3. ‘keberhasilan’ (tt usaha, tindakan); ‘kemangkusan’;
    4. ‘hal mulai berlakunya’ (tentang undang-undang, peraturan.
    Beberapa Definisi Atau Pengertian ”Efektivitas” Menurut para ahli :
    • Roulette (1999:1) Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan.
    • Hodge (1984:299) Efektivitas sebagai ukuran suksesnya organisasi didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk mencapai segala keperluannya. Ini berarti bahwa organisasi mampu menyusun dan mengorganisasikan sumber daya untuk mencapai tujuan.
    • Hidayat (1986) Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.
    • Hidayat (1996), Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.
    Stefen Cofey dalam bukunya yang berjudul THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE   mengungkapkan tujuh kebiasaan orang-orang yang paling efektif dalam hidup. Dalam hidup semua manusia dalam menjalankan kehidupannya, paling tidak ada:
    1. Prinsip-prinsip dasar: orang tersebut dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip dasar keberhasilan ke dalam karakter mereka. Antara lain : Integritas, Kerendahan Hati, Kesetiaan (loyal), Keadilan, Keberanian, Kesederhanaan, Kesopanan, dll
    2. Personality Ethic (Sikap dan Perilaku) Keberhasilan merupakan suatu fungsi kepribadian, citra masyarakat, sikap dan perilaku, keterampilan dan teknik, yang melicinkan proses-proses interaksi manusia. Personality Ethic mengambil 2 jalan : 1. Teknik hubungan manusia dan masyarakat 2. Sikap mental positif
    3. Paradigm / Paradigma (Cara pandang) adalah representasi mental. Adalah model, pattern, atau kumpulan ide-ide yang menjelaskan satu aspect. Paradigma bisa diumpamakan sebagai peta dari kota atau wilayah sehingga jelas bahwa  peta bukanlah wilayah itu sendiri. Kita melihat dunia bukan sebagaimana  dunia adanya, melainkan sebagaimana kita adanya – atau – sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya. Tidak pernah lengkap dan tidak pernah sama.
    4. Emotional Bank Account (Rekening Bank Emosional) Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dahulu, bersikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia.
    Untuk menjalankan kehidupan yang effektif harus membangun tujuh kebiasaan
    “Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif ( Be Proactive ).
    “Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir ( Begin With The End in Mind ) 

    “Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama ( Put First Thing First ) 
    “Kebiasaan 4 : Berfikir Menang/Menang ( Think Win Win ) 
    “Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih  Dulu, Baru Dipahami (To Understand To Be Understood
    “Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi (Synergy)
    “Kebiasaan 7 : Mengasah  Gergaji ( Sharpening The Saw )

    Kalau Steven R. Covey dapat mengajarkan 7 kebiasaan manusia yang paling efektif, rasul Paulus mengajarkan : Keefektifan Pelayanan ditentukan oleh tingkat pendisiplinan rohani seorang hamba TUHAN.
    Pertanyaannya adalah  : mengapakah keefektifan pelayanan ditentukan oleh tingkat pendisiplinan rohani seorang hamba TUHAN? Berikut alasan-alasan mengapa keefektifan Pelayanan ditentukan oleh tingkat pendisiplinan rohani seorang hamba TUHAN.

    I. Pendisiplinan rohani menolong hamba TUHAN untuk mengalami Janji TUHAN.

    Hendaklah kaulatih dirimu untuk kehidupan yang beribadat. 8  Latihan jasmani sedikit saja gunanya, tetapi latihan rohani berguna dalam segala hal, sebab mengandung janji untuk hidup pada masa kini dan masa yang akan datang.
      Tujuan TUHAN memberikan tugas kepada hambaNya adalah untuk membimbing jiwa-jiwa bertemu kepada TUHAN serta mengalami TUHAN dalam kesehariannya di muka bumi ini. Ini adalah  tugas dengan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
    1. Di satu sisi seorang hamba TUHAN harus bisa mempresentasikan eksistesi TUHAN dan rencanyaNya bagi umat manusia yang berdosa, sehingga manusia itu mau dengan sukarela meresponi TUHAN.
    2. Namun di sisi lain tugas ini memiliki resiko yang sangat besar  yang selalu siap mengancam keselamatan jiwa dan rohani seorang hamba TUHAN.
    Tugas seorang hamba Tuhan adalah tugas yang dikerjakan dalam dunia yang terikat dengan waktu/zaman. Paulus menuliskan pesan kepada anak rohaninya Timothius bahwa  sekali pun seorang hamba TUHAN telah berhasil dalam menjalankan tugasnya, namun ada waktu dimana orang-orang yang sudah mengenal Tuhan akan cenderung meninggalkan jalan kebenaran yang telah mereka pelajari dari TUHAN. Paulus berkata kepada Timothius : “1.  Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan 2  oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.”
     

    Dari pesan ini jelaslah bagi kita bahwa sebagai hamba TUHAN, kita memiliki tandingan. Mereka yang dimaksudkan oleh paulus sebagai orang-orang yang memiliki cap para pendusta itu berusaha untuk membelokkan perhatian orang-orang yang kita layani dari kebenaran kepada hal-hal yang menyerupainya. Dalam dunia dimana kita berada saat ini, apa yang pernah dinubuatkan oleh Paulus tentang hamba-hamba tandingan tersebut sangat nyata. Mereka ada di sekitar kita. Mereka begitu menarik perhatian dari banyak orang, termasuk orang-orang yang tadinya sudah mengikuti jalan TUHAN.
     

    Hari-hari ini, banyak hamba Tuhan yang mulai gusar dan ragu akan panggilannya. Tidak jarang kita mendengarkan bahwa ada hamba Tuhan yang mulai ditinggalkan oleh jemaat-jemaat yang selama ini dilayaninya. Untuk beberapa waktu lamanya, mungkin ia masih bisa bertahan, namun lambat laun mulai berkata: “jangan-jangan TUHAN tidak benar-benar memanggil saya menjadi hamba-Nya. 

    Sekarang ini disadari atau tidak disadari, banyak orang yang tadinya adalah hamba Tuhan, namun belakangan ini mulai mempraktekkan cara-cara yang tidak berkenan kepada TUHAN. Mereka bukan lagi melayani untuk tujuan Tuhan, melainkan untuk mencapai tujuannya sendiri.
         Fakta yang baru saja kita dengarkan, adalah satu bukti bagi kita bahwa nubutan Paulus tentang zaman ini adalah benar. Pertanyaan bagi kita adalah bagaimana supaya kita dapat tetap pada rel panggilan TUHAN kepada kita sebagai hamba-Nya.
         Jawabannya adalah dengan belajar mendisiplin diri kita untuk beribadah kepada TUHAN. Artinya kita harus mendisiplin rohani kita sedemikian rupa. Paulus menjelaskan kepada kita bahwa ketika kita berhasil dalam tahap ini, kita akan berhasil menjadi hamba TUHAN yang mengalami janji-janji TUHAN dalam kehidupan dan pelayanan kita. Sekali lagi mari kita perhatikan “Hendaklah kaulatih dirimu untuk kehidupan yang beribadat. 8  Latihan jasmani sedikit saja gunanya, tetapi latihan rohani berguna dalam segala hal, sebab mengandung janji untuk hidup pada masa kini dan masa yang akan datang.”
     
    II. Pendisiplinan Rohani erat hubungannya dengan keefektifan pelayanan Tersebut

    9.  Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya. 10  Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya. 11  Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. 12  Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
    Pelayanan yang efektif adalah pelayanan yang disertai dengan kehidupan yang efektif dalam menerapkan nilai-nilai yang dianut serta ditularkan oleh sang pelayan kepada mereka yang dilayaninya.  Di atas telah kita pelajari bahwa “Tujuan TUHAN memberikan tugas kepada hambaNya adalah untuk membimbing jiwa-jiwa bertemu kepada TUHAN serta mengalami TUHAN dalam kesehariannya di muka bumi ini.”

    Tugas tersebut erat hubungannya dengan kepemimpinan yang menerapkan nilai-nilai keteladanan. Kepemimpinan seperti inilah yang akan menghasilkan dampak pergeseran penilaian dan keinginan yang kuat kepada orang-orang di sekitarnya untuk ikut menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.

    Berikut ini beberapa pendapat pakar kepemimpinan tentang "pemimpin" dan "keteladanan":
             Bass dan Riggio (2006) menyatakan pemimpin tranformasional dicirikan oleh empat komponen yang dikenal dengan “Four I’s”: idealized influence, inspirational motivation, intelectual inspiration, dan individual consideration. “I” pertama, idealized influence atau pengaruh yang ideal, menjabarkan tingkah laku dan pengaruh yang dapat mengembangkan kepercayaan pengikut.
         Pemimpin seperti ini dipuja, dihormati, dan dipercaya oleh para pengikutnya. Para pengikutnya bersimpati kepada sang pemimpin dan ingin menirunya dan menyanjungnya karena dipandang memiliki kemampuan, keberanian, dan keteguhan pendirian yang luar biasa (Bass dan Riggio 2006).
         Kouzes dan Posner (2007) pengembang teori kepemimpinan berhaluan transformasional juga meletakkan keteladanan sebagai praktik utama kepemimpinan yang berhasil. Karena memandang begitu pentingnya keteladanan, kedua ahli menyebut konsep kepemimpinan yang dikembangkannya sebagai Kepemimpinan Keteladanan atau Exemplary Leadership. Dalam teorinya Kouzes dan Posner (2003 dan 2007) menyatakan bahwa ketika mendapati sesuatu yang luar biasa terjadi, pemimpinan melaksanakan lima praktik kepemimpin teladan yaitu :
    1. mencontohkan cara (Model the Way),
    2. menginspirasi visi bersama (Inspire a Shared Vision),
    3.  menantang proses (Challenge the Process),
    4. memampukan orang lain untuk bertindak (Enable Others to Act), dan
    5. menyemangati jiwa (Encourage the Heart).
    Dalam kaitannya dengan model the way - Kouzes dan Posner (2007) berpandangan "memimpin berarti Anda harus menjadi contoh yang baik, dan mewujudkan apa yang anda katakan." Gelar yang dimiliki seseorang merupakan pemberian, akan tetapi kehormatan hanya dapat dicapai melalui tingkah lakunya. 


    Dalam hal apakah kita harus mempraktekkan keteladanan? Paulus mengatakan : 
    “12.   Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
    Pesan Paulus kepada Timothius ini mengingatkan kepada kita bahwa esensi dasar dari pelayanan seorang hamba TUHAN bukan terletak pada hasil dalam tanda kutip sejumlah jiwa-jiwa semata. Esensi dasar dari pelayanan adalah terletak pada siapa dia dihadapan TUHAN dan di hadapan orang-orang yang dilayaninya, dalam arti bagaimana ia dapat berhasil dalam mempraktekkan nilai-nilai yang akan dilayankannya.

    Kristopher Andios dalam menuliskan diblognya http://thechiandios.blogspot.com/2008/10/efektivitas-yesus-sebuah-refleksi.html :  

    “Tuhan Yesus di dalam pelayananNya dapat disebut efektif karena Ia mempunyai prinsip-prinsip pelayanan yang kuat dan Ia juga mengutamakan hal-hal yang utama dalam seluruh hidupNya yaitu melakukan kehendak Bapa yang mengutusNya. Yesus senantiasa menjaga hubungan pribadiNya dengan Bapa yang menjadikan seluruh hidup dan pelayananNya dapat menjadi efektif.”
    Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah  menjadi seorang pelayan yang selalu memotivasi diri untuk mendisiplin rohani kita? Marilah kita belajar menjadi praktisi dan bukan seorang yang teoritis dalam mendisiplin rohani kita. Marilah mengaplikasikan nilai-nilai rohani dalam kehidupan nyata kita. Terakhir marilah kita menjadi seorang pelayan yang melayani dengan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kita.

    Selasa, 23 November 2010

    Maturity of a servan of GOD!

    Are the characteristics the maturity of servant of the Lord?
    I. Maturity is a servant of God is not measured by age but from the level of mastery of self and the material around it (1 Cor 13: 11).
    Childhood (Child) is a term that is closely connected with the level of human age. A child is a human being with a limit of 0-4 years of age. Children aged 0-4 years is the children who need special attention. In each stage of development there are specific characteristics, as well as early childhood was marked by certain characteristics, according to Hurlock (1980:108) traits is reflected in the common name given by parents, educators, and experts psychology:
    1. The term Used Parents. There are some term to describe a childhood right, as the range of behaviors and activities that made the children, most parents consider the early period of childhood as an age which invites problems or difficult age. Childhood is a difficult period for parents because of the early childhood is that children are developing a unique personality and demanding freedom that is generally less successful. In addition, the majority of parents also thought their early childhood as a toy for children ages easily spend most of the time also played with his toys.
    2. The term used Educators. While educators call the early childhood age as preschool age, pre-school age is the age that have not entered the age of school or were still in kindergarten, play groups or day care children.
    3. The term Used Psychology Expert. Psychologists use a number of different designations to describe the salient features of the psychological development of children during early childhood.
     One term that is widely used is the age group, years in which the children learn the basics of social behavior in preparation for a higher social life necessary for adjustment at the time they enter first grade. Because of the major developments that occurred during early childhood and ranged around the mastery of environmental control, many psychologists who labeled themselves early childhood as an age of exploring, a label that shows the child wants to know the state of its environment, how the mechanism, how he felt and how he can be part of the environment, including humans and inanimate objects. One common way in exploring the environment is to ask, so this period is to imitate speech and behavior of others, therefore this period is also called to imitate age. However, this trend appears strong but more children showed creativity in play during childhood compared to other periods in his life, for this reason psychologists also call this period as a creative age. 

    Term childhood identical to human groups from the class that is difficult to express his opinion.
    "Dad was mbing. ngeng ... .. ngeng ngeng ... din ... din ...
    What kid, baby play what? play toy cars huh? ... mbing dad. "
    "Aya mo tu" want what my son? Mo ueh ma "
    Not infrequently we hear a conversation between child and parent as above. All living creatures have a language. With their language to communicate. According to Jo Ann Brewer in Introduction to Early Childhood Education, sixth edition, it is said that language is defined as a system of communication Used by human. It is produced Either orally or by signing, and it cans be extended to its writen form. So language is a communication system used by humans in the form of spoken language, sign language and written.
    For many people who are older than this kid, seoperti language is often difficult to be understood. So the purpose of communication between the child with other people around them are not well targeted. 


    The child is the one who attracted attention as much for himself.
    Therefore, its existence is still not reached the level of self-control (emotions, skills for the proper functioning of the body perfectly). mastery of material around it, often someone else who should take over many Ahal associated with his life.
    Other characteristics of a child:

    1. Emotional. The children experience the process feel, act and think. Meanwhile, adults think, act and finally felt. That is, an adult is a person who calmly consider each decision and not get caught up in emotions, feelings and environmental influences alone. Maturity requires an understanding of the truth without emotion is not controlled explosive.
    2. Selfish. Everyone has an ego, but people who are not mature beyond his ego so often become selfish. He also did not realize that he was selfish. The more selfish, he is getting far to go beyond maturity. Maturity is menyadarakan will the real existence, but it's not selfish and flung the existence of others.
    3. Inconsistent. The basis of an adult character is consistent. Conversely, if someone still be inconsistent, easily influenced to the new things that damage the previous commitment aka disloyal and womanizer, it is difficult for him to reach maturity even meet for the adult age. Consistency is properly owned by persons who have reached adulthood, but many do not pay attention to the consistency of her, either against themselves or against others.
    4. Not exactly an appointment. Words of adults is a measure of his character. If his words can be held and believed, means-tested maturity. However, if the words coming out of his mouth just words without meaning that is easy to be denied, meaning he has not grown. The more intense in keeping the promises, the proven maturity. And usually people who are not mature yet easy promises he did not know whether he can keep that promise.
    5. Irresponsible. As social beings, humans are required to have responsibilities, both to himself and to others. However, awareness of responsibility exists only in the minds of adults. People who do not tend to be confused with adult responsibilities and often look for scapegoats to delegate that responsibility.
    6. Like hiding. Each person would have overwritten the various problems that often problems that arise in the form of a very difficult to reach a very critical stage. At the critical moment occurs, that is when maturity at trial. People who are adults will bravely face the problem. But people who are not adults will run and hide, as with so the problem will be completed.
    7. Only responds to force. Minors are those who only responds when forced or pressured. Compulsion and pressure could be in the form of hope to get compensation, subordination, compensation, or a sense of frustration.
    Age is a lot of people call themselves servants of God, but do not understand the task responsibilities. They are often a trouble maker. But when troubled with the people around him, he did not realize would not even acknowledge that the source of the problem is actually himself. People of this type often throwing stones to hide the hand. Once the problem is huge, and people are more adults trying to mediate the matter, he was blaming others. Would not this be a characteristic of a child? They think like a child. So often we call them "Childish" or unskilled man who never experienced "

    Paul said: "When I was a child, I Spake as a child, I understood as a child, I thought as a child ": Pls but I Became a man, I put away Childish Things"


    G3516 "nepios" From an obsolete particle ne ?; implying negation and G2031; not speaking, that is, an infant (minor); figuratively a simple minded person, an immature Christian: - babe, child (-ish).
    Thayer Definition:
    1. an infant, little child
    2. a minor, not of age
    3. Childish metaphorically, untaught, unskilled
    Part of Speech: adjective
    Dear brother, Paul made it clear to us so do not be like a child. Let's do more focused on ourselves, but began to broaden the focus of our attention to those around us. Lift particularly focus on the people around us so they can see the Lord God and our Father and His Son Jesus Christ. When we managed to direct their attention to God, and in the end they see the greatness of love, power and grandeur of His plan for them. Thus they have helped him so that their lives transformed. Let us learn to be servants of God today.
      II. Maturity is a servant of the Lord is not measured by his many gifts of the Spirit
        Spiritual gifts are important and we need to be able to perform tasks in this world. But the gifts of the Spirit is not the main focus of why God gave it to you and me.
        Why Paul rebuked the church of God at Corinth this? Because they've acted like a little boy who got a new toy. Notes from 1 Corinthians 12-14 is from Paul's explanation of what spiritual gifts are and how the gift should be used. Paul mentions in 1 Corinthians 12: 6-11:
    6 And there are all sorts of miraculous deeds, but God is the one who does it all in all people. 7 But to each person given the revelation of the Spirit for the common good. 8 For to the one Spirit gives the gift to speak with wisdom, and to another the same Spirit gives the gift to speak with knowledge. 9 To the one same Spirit gives faith, and to others He gives the gift to heal. 10 To the one Spirit gives the power to make miracles, and to others He gives the gift of prophecy, and to still others He gives the gift to differentiate the various spirits. To the one he gave the gift to speak in tongues, and to others He gives the gift to interpret tongues. 11 But everything is done by the Spirit is one and the same, which gives gifts to every person in particular, as He wills.
    And then in 1 Corinthians 12: 31 Paul says: So try to obtain the gifts of the most important. And I show you the way that more mainstream again. What roads are mainly that? Furthermore, in 1 Corinthians 13: 13 Paul says, "This is the third live it: faith, hope and love, and the greatest of these is love."
    Now it is clear to us that maturity is a servant of God is not measured by how many gifts on them. A mature man of God who truly knows is what the gift of the Spirit, and how to live as a servant of God that adult. He is a man who reached the stage of life in love with the size of the highest.
     III. Maturity is a servant of God is determined by how much he can perform its function
    A.  Maturity in general can be viewed from several aspects, including (quoted from: http://www.ldkstaisiliwangi.co.cc/2010/03/ciri-ciri-orang-dewasa-dan-tidak-dewasa.html):
    1. Adults are physically, where the reproductive organs are functioning optimally characterized by good sperm production in males and egg production in females adequate. In addition to the development of body muscle cells, indicating at once distinguish male and female.
    2. Psychologically mature, characterized by the ability to resolve problems and conflicts that happen in life.
    3. Adults in social-economic, revealed in a person's ability to be independent, membiyayai needs alone and handle a variety of things with their own abilities.
    In addition to the above three points of maturity can also be viewed from several capabilities, such as:
    1. The ability to recognize and accept yourself
    2. The ability of accepting the existence of direct lainKemampuan life to others
    3. The ability to think and act independently, and prohibit send yourself, know the duties and responsibilities, and able to discern what is true and not true.
    4. Dare to accept the risk of what has been decided.
    We have studied adults in general terms, now let us see the meaning behind the word "mature" that is intended by Paul in this passage.

    1Co 13:11 ” When I was a child, I spake as a child, I understood as a child, I thought as a child: but when I became a man, I put away childish things”
    "” When I was a child, I spake as a child, I understood as a child, I thought as a child: but when I became a man, I put away childish things”"
     G435 "Aner" A primary word (compare G444); a man (properly as an individual male): - fellow, husband, man, sir.

    Thayer Definition:

    1. with reference to sex
      1. of a male
      2. of a husband
      3. of a betrothed or future husband
    2. with reference to age, and to distinguish an adult man from a boy
    3. any male
    4. Used generically of a group of both men and women

    Part of Speech: noun masculine

    1. Mature male is someone who really has a sexuality that should exist in a man. This means that the shape of her body, organ-orangannya is purely male, not half-half. And he has a full awareness that he was an intact male. So people do not hesitate classify them as male. At this stage people are starting to think in a different way with a woman.
    2. Mature male is a man who is ready to become a husband. At this stage, a man no longer thought of himself. Everything he does is for the sake of her partner, and their children, and all the people in his home. He was responsible for the household.
    3. With the phrase "but when I became a man, I put away childish things" Paul not only rebuked the men, but all adults, both men and women. Paul is addressing these words to all the congregation of the LORD. As the congregation that God has redeemed His blood premises, the church is the servant of the Lord. Mature servant of God who is the servant of God who serve as agents of God's kingdom. He is responsible to preach good news in to the world, and the other side he is also responsible to support the good news. He is a man with a full awareness of doing that responsibility

    Selasa, 02 November 2010

    Learning Integrity of M'bah Marijan

    "Tiger stripes dead leaves, dead man left a good name." That piece of sound from the proverb. Mbah Maridjan! Who does not know its name. After the death of Merapi gatekeeper of this, many people rating given to it. Some people booed, some provide an assessment side, there is even a judge. But there we thought for a moment, the value of what is taught by Mbah Marijan to every leader today? Only words with deeds. Leadership called "Integrity"
    Integrity' is not a foreign word in the field of leadership. This word is one word that should be an integral part of the life of a leader. This word was not a new term. If we search the Scriptures, both Old Testament books, and also the New Testament books with discussion of the word "Integrity." But the question is whether the meaning of this word, and what to do in life.

    To refresh your common sense, what the word 'integrity' let's look at a dictionary. The word 'integrity', taken from foreign languages. Probably from the Dutch language, or English.So let's see how the explanation according to Webster's Third Internnational Dictionary (1981), Oxford Dictionary (1963), and An Bahasa-Indonesian Dictionary, by John M. Echols and Hassan Shadily (1975). In dictionaries it is explained that the 'integrity' means 'wholeness', the notion of 'whole', 'uprightness' and 'honesty', means 'sincerity' and 'honesty'. Also explained that the 'integrity' means 'an uncompromising adherance to a code of morals', which means dedication that is not  unshakable againts moral code '. In other words Integrity (Integrity) is to act consistently in accordance with the values and organizational policies and professional code of ethics, even in difficult circumstances to do this. In other words, "only words with deeds". Communicating goals, ideas and feelings openly, honestly and directly even in difficult negotiations with other parties.

    Mbah Marijan has proven the value of ini. He is willing to be a care taker of Merapi. Let's Learn from Mbah Marijan.

    What is Integrity?

    A. Leadership:


    Integrity are pole's that support the leadership. The only words with deeds that could generate power to influence attitudes and behavior of those they lead. 


    What Is Leadership?

    Quoted from (http://pinetreeweb.com/whatis.htm ) Lewis P. Orans, 1997
    Leadership is a process of getting things done through people. The quarterback moves the team toward a touchdown. The senior patrol leader guides the troop to a high rating at the camporee. The mayor gets the people to support new policies to make the city better. These leaders are getting things done by working through people -- football players, Scouts, and ordinary citizens. They have used the process of leadership to reach certain goals.
    Leadership is not a science. So being a leader is an adventure because you can never be sure whether you will reach your goal -- at least this time. The touchdown drive may end in a fumble. The troop may have a bad weekend during the camporee. Or the city's citizens may not be convinced that the mayor's policies are right. So these leaders have to try again, using other methods. But they still use the same process the process of good leadership.
    Leadership means responsibility. It's adventure and often fun, but it always means responsibility. The leader is the guy the others look to to get the job done. So don't think your job as a troop leader or a staff member will be just an honor. It's more than that. It means that the other Scouts expect you to take the responsibility of getting the job done. If you lead, they will do the job. If you don't, they may expect you to do the job all by yourself.
    Mbah Marijan is the leader. He reflects the characteristics of leadership as outlined by Lewis P. Orans.
    2006, when Merapi spewed lava, Maridjan choose to stay at his house, in Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, four kilometers from the summit of Merapi is smoldering. Sultan Hamengkubuwono X had ordered him down, but Maridjan not care. "I was mandated to keep Merapi Sultan Hamengkubuwono IX," (http://sorot.vivanews.com/news/read/185789-menyelamatkan-mbah-maridjan)
    Before the events of the eruption of Mount Merapi (before 26th Oktober 2010), Mbah Marijan (based on the narrative her best friend which was broadcast in the event a razor), knowing that Merapi will erupt, and wedus trash (in local language) must pass through his home. But Mbah Marijan resolved will not be evacuated from the slopes of Merapi. Mbah Marijan proved himself capable of doing it.

    This gives a direct impact to people who follow him. Based on the recognition of many witnesses, Mbah Marijan never forbade residents to evacuate the slopes of Mount Merapi, but instead encourage them to immediately evacuate. But the facts prove that after wedhus gembel
    swept Cangkringan, and when the rescue evacuate the victims of the disaster, many people who follow Mbah Marijan.


    Does the same attitude we find in ourselves to each other?

    B. Spiritual Life:
    Proverbs 11:3 "The integrity of the upright shall guide them; But the perverseness of the treacherous shall destroy them."19:1  Better is the poor that walketh in his integrity Than he that is perverse in his lips and is a fool." 20:7  A righteous man that walketh in his integrity, Blessed are his children after him. 28:6  Better is the poor that walketh in his integrity, Than he that is perverse in his ways, though he be rich.
    Daniel Manati I. Zega at "http://www.ebahana.com/warta-2319-Integritas-itu-Masalah-Nilai-dan-Alat-Ukur.html" wrote : "Tunjukkan nilai apa yang Anda anut, maka kutahu integritasmu. Ya, integritas tergantung pada nilai-nilai yang diyakini. Maka, pastikanlah nilai dan alat ukur yang digunakan!." 


    Integrity is one component that must exist within every believer. This we can see in the words of wisdom that are written by the author of Proverbs. Integrity needed in the various lines of life. According to the views the author of Proverbs, it turns out all aspects of life are an integral part of spiritual life.

    Integrity to help every believer to keep it running in the path of truth. "Proverbs 11:03." Its value is more expensive than the most expensive property, and make people become wise "Proverbs 19:01." When done with the faithful, not just the perpetrators who had promised the Lord, but her children would be called blessed. "Proverbs 20:07"

    How to integrate the words with the attitude of behavior?

    Formulating the arguments about the order of life is easy. Develop a good speech or writing good sermon, many people who are able to do so. But to make it happen, it takes great effort. During the formulations were not proven by the attitude, behavior that is formulated to live like before, everything is just "THEORY." Living in this world are not something theoretical, but real life. Don Galer said : “Integrity is what we do, what we say, and what we say we do”.  As a Christian,  the bible tell us : "But let your communication be, Yea, yea; Nay, nay: for whatsoever is more than these cometh of evil." (Mat 5:37). To understand this sentence, let's look to the object called a clock. When the clock does not show the proper time, many things would become chaotic. Simon Schrock tells at preparation of his book : "I think all of us would agreethat integrity is generally lacking today from government, business, and evenchurch leaders. It is also lacking from many children, parents, and workers." Regardless of our limitations as a human being, living with integrity should be a reality in the life of a Christian.