Senin, 22 Agustus 2011

Belajar Memaknai kemerdekaan dari kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego!

Daniel  1-3


 Pendahuluan
 66 tahun sudah negeri ini merayakan kemerdekaanya, namun faktanya esensi dasar dari kemerdekaan itu tidak juga terealisasi dalam praktek hidup masyarakatnya.  Masih banyak masyarakat negeri ini hidup dalam taraf hidup dengan kualitas rendah. Pemberitaan di Kompas Cyber mengungkapkan definisi kemerdekaan menurut Presiden hanyalah sebatas merdeka dari penjajahan negara asing. Faktanya penduduk negeri ini masih banyak mengalami penindasan di mana-mana.  Dulu negara kita dijajah oleh bangsa asing, sekarang negara ini dijajah bangsa ini sendiri.  Metrotv  sempat menayangkan satu pertanyaan : Indonesia sudah merdeka; sudahkah kita merdeka? Padahal negeri ini mengaku memiliki dasar negara yang baik, yaitu Pancasila.  Sila pertama berbunyi : “Ketuhanan yang maha esa”  Ini sesuai dengan undang-undang dasar 45 yang menjaminkan kebebasan menjalankan ajaran agamanya,  namun hanya segelintir orang saja yang dapat menjalankannya.  Perhatikanlah Kutipan berikut ini (dikutib dari : http://map-bms.wikipedia.org/wiki/UUD_45) :

BAB XI AGAMA

Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Dimanakah wujud kemerdekaan itu sendiri?

Sudah lupakah penduduk negri ini dengan  sejarahnya. Sudah lupakah negara ini mengapa para pejuang kemerdekaan mempertaruhkan nyawanya demi negeri ini? Apakah negeri ini sudah seperti beberapa pemimpinnya yang sakit lupa ingatan? Hal ini terlihat jelas dalam kehidupan komponen bangsa ini mulai dari lapisan teratas sampai lapisan bawah. Mulai dari pemimpin-pemimpin bangsa ini sampai kepada  masyarakat kecil.  Lalu benarkah negara ini sudah merdeka?
Hari ini, marilah kita belajar “Memaknai kemerdekan dari persfektif tokoh Sadrakh, Mesak dan Abednego” Mereka adalah tokoh yang tidak asing lagi bagi kita semua. Kisahnya sungguh menarik untuk kita baca. Kisahnya tidak habis-habisnya untuk kita bahas. Dan kisah hidup mereka memberikan bukti kepada kita bahwa orang muda dapat memaknai kemerdekaan dengan cara yang benar.  Kisah hidupmereka memberikan bukti kepada kita bahwa orang muda dapat menjadi history maker generation.
Sebelum kita membahas tentang bagaimana mereka memaknai kemerdekaan sebagai umat pilihan Allah, terlebih dahulu saya mengajak rekan-rekan sekalian untuk membaca nas yang saya kutip dari kitab Galatia 5: 1,13; dan 1 Petr 2: 16 berikut ini:
  • Galatia 5:1  Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

  • Galatia 5: 13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.”

  • 1 Petrus 2:16  “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.”

Camilo Jose Cela (1916–2002), penulis Spanyol, peraih Nobel Sastra 1989

"Ada dua jenis manusia: satu yang mengukir sejarah dan satu lagi yang memikul beban akibatnya.”

Sadrakh,Mesakh,dan Abednego adalah tokoh yang memaknai kemerdekaan dengan cara yang benar.
Bagaimanakah Sadrakh,Mesakh,dan Abednego adalah tokoh yang memaknai kemerdekaan dengan cara yang benar?
Berikut ini beberapa makna kemerdekaan dalam persfektif Sadrakh,Mesakh,dan Abednego: 

I.           Orang  merdeka  adalah  orang  yang  berpegang pada  prinsip  hidup nya  yang  benar !
Daniel 1 : 7  “Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.”
Mereka adalah tiga orang muda yang ikut ditawan oleh Nebukadnezar di Babelonia. Sebagai tawanan, seharusnyalah mereka mengalami nasib yang sama dengan tawanan lainnya.Namun, status  yang kasad mata tidak  serta merta membuat mereka menjadi orang jajahan. Mereka sadar bahwa mereka berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya. 
Badan mereka boleh ditawan, tetapi roh mereka tetap bebas – merdeka untuk mengikuti perintah TUHAN semesta Alam. Hal ini dapat kita lihat dari peristiwa-peristiwa yang mereka alami menurut catatan Daniel, al. :
      Daniel 1  : 1  “Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu.”
      Ketika mereka di bawa dari Yerusalem, mereka menetapkan hati untuk tetap menyembah kepada TUHAN, dan ketika mereka tiba di Babelonia, yaitu negara yang tidak mengenal TUHAN dan cara beribadah yang selama ini –Sadrakh, Mesakh dan Abednego jalankan, prinsip hidup mereka pun tidak berubah.
      Sekali beribadah kepada TUHAN, selamanya harus beribadah kepada-Nya
 Aplikasinya : Marilah kita mengisi kemerdekaan yang telah Tuhan berikan kepada kita dengan mengacu kepada kebenaran. Jangan mudah terombang-ambing oleh berbagai-bagai godaan yang ditawarkan oleh sekitar kita.

II.         Merdeka tidak berarti identik dengan  “hidup tanpa masalah.”
Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang senantiasa berketetapan hati untuk hidup dengan prinsip yang benar di hadapan Tuhan, dan  TUHAN menganugerahi mereka dengan excellensi (Dan 1: 8-16), dan juga kedudukan penting sebagai pemerintah wilayah (Setingkat Gubernur) di Babel ( Dan 2: 49).
Daniel tidak mencatatkan bahwa mereka hidup tanpa masalah. Justru karena ketetapan hati mereka itu untuk hidup sebagai orang merdeka, Daniel mencatat bahwa ada masalah-masalah besar yang mengancam jiwa mereka. Daniel 1: 8 - 16
8. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.  9  Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;  10  tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: "Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja."
11. Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya:  12  "Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum;  13  sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu."
14  Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari.  15  Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. 16  Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.  17  Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.

Masalah yang dihadapi oleh Sadrakh,Mesakh, dan Abednego:
  • Godaan untuk menajiskan diri dengan hal-hal yang dilarang Tuhan berhubungan dengan tubuh fisik mereka (Daniel 1),

  • Mimpi raja yang menyebabkan nyawa mereka terancam, tetapi Allah menyelesaikannya ketika mereka berharapkepada TUHAN (Dan 2). Malah mendapat jabatan sebagai gubernur (Dan 2:49  Atas permintaan Daniel, raja menyerahkan pemerintahan wilayah Babel itu kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego, sedang Daniel sendiri tinggal di istana raja.)

  • Perintah raja Nebukadnezar untuk menyembah dewanya dan menyebabkan mereka harus dibuang ke dalam perapian yang menyala-nyala 7 kali panasnya (Dan 3).

  • Merdeka tidak berarti identik dengan  “hidup tanpa masalah.”

  • Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang senantiasa berketetapan hati untuk hidup dengan prinsip yang benar di hadapan Tuhan , dianugerahi TUHAN dengan excellensi, dan juga kedudukan penting sebagai pemerintah wilayah (Setingkat Gubernur) di Babel ( Dan 2: 49).

  • Nebukadnezar mendirikan patung  dan mengharuskan seluruh  penghuni daerah kekuasaannya  menyembah patung emas itu setiap kali mendengarkan bunyi-bunyian. Bagaimana mereka menyikapinya?

  • Merdeka  berarti percaya sepenuhnya kepada Allah   (Dan 3: 12 – 18)

  • Sadrakh Mesakh dan Abenego sadar betul bahwa Allahlah pembebas yang sejati, karena itu hanya kepada-Nyalah rasa takut dipersembahkan,

  • Sadrakh Mesak dan Abednego lebih memilih mempercayai Allah yang kekal dari pada janji penguasa yang fana. Dalam hal ini mereka tidak meragukan kesanggupan Allah-nya. Perhatikanlah Daniel 3: 12-18 berikut ini: