Minggu, 05 Agustus 2012

Penginjilan, Korelasinya Dengan Pertumbuhan Gereja


Hamilton berpendapat “kalau gereja ingin melihat gambaran pertumbuhan gereja, marilah kita melihat tugas khusus kita yaitu penginjilan.”[1] Kemudian Gerber menegaskan bahwa penginjilan haruslah dilaksanakan berdasarkan Amanat Agung. Mengapa? Perhatikanlah kutipan berikut ini:
Inti Amanat Agung ialah JADIKANLAH ... MURID, artinya membawa orang, baik pria maupun wanita, kepada Yesus Kristus, sehingga mereka beriman dan dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepada Dia.
Ini merupakan proses yang terus menerus, proses yang mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan mereka anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab dan yang berbuah. Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang-orang lain murid Yesus Kristus, membaptiskan mereka, mengajar mereka serta menggabungkan mereka kepada gereja. Oleh karena itu, penginjilan yang tidak mempersekutukan petobat-petobat baru kepada gereja setempat tidak dapat dikatakan mencapai tujuan.
Pada hari Pentakosta gereja pertama yang terdiri dari 120 anggota bertambah 3.000 orang dalam satu hari. Orang-orang yang baru itu kemudian memasuki masyarakat kota di sekitar mereka dan disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan. Dalam proses penyelamatan yang terus menerus ini, gereja menjadi sasaran dan juga pelaksana dari penginjilan yang dinamis.
Dalam Perjanjian Baru keefektifan penginjilan adalah suatu kualitas yang selalu diukur dengan kuantitas angka-angka yang tepat mengenai jumlah orang yang mengaku percaya (kuantitas) dicatat. Angka-angka ini didasarkan atas jumlah orang yang terus menjadi pengikut Kristus, yang dibaptiskan dan yang bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, bersekutu serta berkumpul untuk memecah-mecahkan roti dan berdoa (kualitas). Iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati. Oleh karena itu dalam Perjanjian Baru pertumbuhan rohani sering dinyatakan secara kuantitas. Hal ini mungkin, karena kualitas dan kuantitas merupakan dua aspek dari satu fakta yang sama.[2]

Penginjilan yang dilaksanakan berdasarkan Amanat Agung tidak berhenti pada batas menjadikan seseorang menjadi anggota gereja lokal saja, tetapi juga bertanggung jawab untuk memuridkan orang tersebut sama seperti Yesus telah memuridkan kedua belas murid-Nya. Pemuridan bertujuan agar setiap orang memahami dengan benar mengapa Allah menyelamatkannya. Dengan satu harapan setelah mereka menjalani proses pemuridan, mereka menjadi seorang anggota gereja lokal yang bertanggung jawab untuk turut melaksanakan tugas penginjilan.
Purnawan memberikan pendapat tentang korelasi antara penginjilan dan pertumbuhan gereja sebagai berikut ini:
Tidaklah berlebihan kalau saya tuliskan bahwa: penginjilan adalah motor bagi pertumbuhan gereja. Tanpa penginjilan gereja tidak lahir. Kisah Para Rasul melaporkan keyakinan ini, sejarah gereja mengulangnya dan akan terus terulang sampai Tuhan Yesus datang kembali untuk kedua kalinya dan menyempurnakan segalanya. Penginjilan memiliki peranan utama dalam pertumbuhan gereja. Pertumbuhan yang dihasilkannya itu adalah pertumbuhan yang sehat. Sehat karena pertumbuhan seperti itu adalah sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan menghendaki supaya jangan ada orang yang binasa, melainkan supaya semua orang bertobat (2 Petrus 3:9). Tanpa penginjilan gereja akan berhenti untuk bertumbuh, bahkan mungkin dengan segera mati.[3]

Tanibemas menyebutkan penginjilan sebagai motor bagi pertumbuhan gereja.  Pernyataan ini dapat dibuktikan sebagai berikut ini:
1.      Alkitab mengatakan usia manusia di muka bumi ini hanya sekitar tujuh puluh tahun, dan jika kuat delapan puluh tahun (Mazmur 90:10).
2.      Belakangan ini para ahli memperkirakan bahwa usia manusia paling kuat 60 tahun. Kalau gereja tidak memanfaatkan waktu yang ada untuk memberitakan injil, seiring dengan perjalanan waktu beberapa anggota gereja lokal ada yang meninggal, maka pada akhirnya gereja mati sama sekali.
3.      Lamanya seseorang dapat bertahan hidup tidak dapat dihitung secara pasti. Dalam kehidupan manusia di muka bumi ini berlaku “hukum kesempatan dan kemungkinan,” jadi kesempatan untuk memberitakan Injil adalah sekarang, bukan nanti dan atau beberapa waktu yang akan datang.
Hasil analisa di atas membuktikan bahwa jikalau gereja tidak melaksanakan tugas penginjilan, akibatnya penginjilan tidak dapat berfungsi sebagai motor bagi pertumbuhan gereja.
Penginjilan merupakan satu sarana yang dipakai Allah untuk membuktikan kepada dunia ini akan keberadaan gereja-Nya sebagai gereja yang dinamis, dan bukan statis (kata “dinamis” berasal dari bahasa Yunani yaitu “δύναμις” dibaca “dinamis” artinya kuasa, kekuatan yang besar, dan tenaga pendorong yang besar).[4] Tuhan Yesus menghendaki agar gereja-Nya menjadi dinamis (bnd. Kis 1: 8).
Kedinamisan gereja dalam pertumbuhan sebagai hasil dari penginjilan dapat diukur dari keberhasilannya untuk mempertemukan orang-orang berdosa dengan Kristus.”[5] Kedinamisan gereja juga dapat diukur dari keberhasilannya untuk membimbing orang-orang untuk mengambil keputusan untuk menerima Yesus menjadi Juru selamatnya, kemudian membimbingnya menjadi orang Kristen yang efektif.[6]


[1]Michael Hamilton, God’s Plan for the Church Growth!. (Springfield: Radiant Books, 1981), p. 51.
[2]Vergil  Gerber, Pedoman Pertumbuhan Gereja/Penginjilan. (Bandung: Penerbit Kalam Hidup, 1982), p. 14-16.
[3] Menuju Tahun 2000: Tantangan Gereja Di Indonesia sebuah bunga rampai dalam rangka peringatan 25 Tahun Kependetaan Caleb Tong, ed. S.v. Pertumbuhan Gereja Dan Strategi Penginjilan oleh Purnawan Tanibemas, (Surabaya: YAKIN, 1990), p.175-176.
[4]William F. Arndt & F. Wilbur Gingrich, Greek-English Lexicon Of The Testament and Other Early Christian Literature (Chichago: The University of Chicago Press, 1971), p. 206.
[5] C. E. Autrey, Basic Evangelism, (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1981), p. 16.
[6]Ibid, p.17.

Tidak ada komentar: